Jumat, 07 November 2014


My Holiday, Museum Angkut

Beberapa waktu yang lalu, saya dan teman kerja saya menyempatkan untuk sekedar jalan2 ke Museum Angkut.  Selain untuk jalan2, kita bisa melepaskan sejenak kepenatan yang ada.  Berkumpul dengan teman2 selalu menyenangkan ....

Dan pastinya, tidak lupa kita berfoto bersama disana ..... ;)





France Home Jersey,  World Cup 2014

The special denim material pattern is inspired by the story of Nîmes, the birthplace of the modern denim style. Nîmes is a town in the South of France and historically known for its textiles and patterns and the landscape of Nîmes is said to have inspired today’s rugged denim as well as the silk shawls worn throughout Europe in the 18th century.

The crest of the new France 2014 World Cup Jersey is inspired by the 1958 one to reflect the history of the country. The cockerel-design has been enlarged to become again the symbol of French national pride.

The short of the new France 2014 World Cup Home Kit will be white, while the socks will be red. They could also wear white socks at the 2014 World Cup.

Urawa Reds 2014 Away kit comes without the camo design and is based on the Nike Brazil 2013 Confed Cup Kit design. The kit, which is mainly white, comes with black sleeves and a black collar.
The new Urawa Reds Away Shirt also includes a small red line on the sleeve cuffs and the collar.




Spain Home Jersey 2010, when Spain won World Cup 2010


The new Galatasaray 13-14 Away Kit is mainly dark grey with black parts. Galatasaray 2013-14 Away Kit features a yellow sponsor logo and a yellow Nike logo, and comes with a samll red sleeve line and a red line on the collar.


And ... this is Arema jersey, when Arema won ISL 2010 ...... Noh Alam Shah was Arema striker and use jersey number 12 .
#NAS12

Kamis, 06 November 2014


FORKOM BLU SE-JATIM


Pada Bulan Oktober ini, Polinema menjadi tuan rumah FORKOM BLU SE-JATIM.
Kegiatan ini dihadiri pimpinan-pimpinan BLU Jawa Timur ....

Saya dan teman2 menjadi panitia dalam kegiatan ini, lagi-lagi pengalaman baru dan menambah keakraban dengan teman2 kantor ... Saya sangant menikmati meskipun lelah ... :)

Disela acara kita menyempatkan berfoto bersama :)


Implementasi SAK BLU, Ibis Styles Hotel Malang

Pada Bulan Juni 2014, saya dan teman2 di bagian keuangan Polinema mengikuti kegiatan Implementasi SAK BLU ...

Kita mendapat tugas di luar kantor, lebih tepatnya di Ibis Styles Hotel Malang, selama 3 hari
Dalam waktu 3 hari kita harus menyelesaikannya .... kita mulai mengerjakan jam 8 pagi hingga larut malam agar bisa selesai tepat waktu ....

Saya mendapatkan pengalaman baru dan bisa mengenal lebih dekat dengan teman2 di bagian keuangan, kita juga bisa semakin akrab ....

Meskipun sangat lelah, tetapi saya sangat menikmati tugas ini .... :)





Villa Toeti, Batu

Pada Bulan Mei, saya dan beberapa teman kantor mendapatkan tugas dinas untuk mengerjakan Sistem BLU Polinema di Villa Toeti Batu ...

Ini pertama kalinya saya mendapatkan tugas diluar kantor ... disini saya mendapatkan pengalaman yang baru dan juga teman2 baru tentunya ....

Pemandangan disini sangat bagus ,ketika kita jenuh atau merasa penat, saya bisa keluar villa untuk sekedar jalan2 dan menikmati pemandangan di komplek villa yang indah.  Terkadang saya juga mengabadikan foto di sekitar villa, seperti yang dibawah ini ...




Disela-sela bekerja juga menyempatkan untuk berfoto :)



Polinema adalah institusi pendidikan tinggi vokasi yang terletak di kota Malang. Malang adalah kota terbesar kedua di Jawa Timur,Indonesia. Malang merupakan tempat yang nyaman untuk belajar karena udaranya yang sejuk dan populasi yang tidak begitu padat (sekitar 800 ribu penduduk). Di Malang terdapat banyak sekolah, universitas dan institusi pendidikan lainnya dengan kualitas yang bagus. Selain itu, Malang merupakan tempat yang mudah dijangkau. Kota ini dapat ditempuh dalam waktu 1 jam dari bandara interasional Juanda, Surabaya. Fasilitas transportasi umum dalam kota yang bisa digunakan untuk menuju ke Polinema juga sangat memadai.


Polinema terus berkembang untuk menjadi institusi pendidikan vokasi yang superior dan siap bersaing di dunia global. Polinema memiliki sistem pendidikan yang inovatif dan ketrampilan kompetitif yang secara global dibutuhkan oleh industri, badan pemerintahan dan masyarakat. Polinema mendukung penelitian terapan dan pengabdian masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi serta kesejahteraan masyarakat. Polinema juga berkomitmen untuk melaksanakan sistem manajemen pendidikan dengan prinsip pemerintahan yang baik. Polinema juga yakin bahwa atmosfer akademik yang kondusif sangat penting untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia dan pengajaran yang mendukung belajar sepanjang hayat dan pertumbuhan jiwa wirausaha.

Saya Rizky Prasetya, A.Md, saya lulusan D3 Akuntansi Polinema tahun 2013, dan sekarang saya bekerja di Kantor Pusat Polinema Bagian Keuangan ....

Tepatnya Bulan April 2014 saya mulai bekerja, dan saya bekerja di dalam tim bersama Mbak Fero, Pak Herry dan Mbak Vina ... 

Kita bekerja dari hari Senin sampai Jumat, jam 7.30 sampai 4.30 .... Saya sangat menikmati bekerja disini ,meskipun saya pegawai yang paling muda dan sebagian besar pegawai di bagian keuangan adalah perempuan :)

Dan ini teman2 kerja saya :

Selfie di depan Polinema


Setelah jadi panitia wisuda
Sejarah Kota Malang


Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah.[1] Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas fondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhirKerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.[1][2]
Nama "Malang" sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal usul nama "Malang". Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal usul nama Malang tersebut.
Malangkuçeçwara (baca: Malangkusheswara) yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dariJawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malangkuçeçwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang.
Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti Candi Jago dan Candi Kidal, yang keduanya merupakan peninggalan zaman Kerajaan Singasari.
Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suciMalangkuçeçwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu. Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………” Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.
Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kecurangan, kepalsuan, dan kebatilan; angkuça (baca: angkusha) yang berarti menghancurkan atau membinasakan; dan Içwara (baca: ishwara) yang berarti "Tuhan". Sehingga, Malangkuçeçwara berarti "Tuhan telah menghancurkan kebatilan".
Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.
Timbulnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.
Setelah kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah. Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.
Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya ''Ijen Boullevard''dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.
Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkuçeçwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkuçeçwara.

Kota Malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.
·         Tahun 1767 Kompeni Hindia Belanda memasuki Kota
·         Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
·         Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen
·         Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun.
·         1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja
·         8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang
·         21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
·         22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda
·         2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
·         1 Januari 2001, menjadi Pemerintah Kota Malang.